Senin, 28 Desember 2009

Kekasih Abadi

Kekasih Abadi

Ardy terkejut, ketika adiknya mengintip dari atas meja belajar. Ketika itu Ardy terbangun sekitar pukul 11.00 malam. Kejadian ini berkisar ketika Ardi berusia 13 tahun dan adiknya Mimi berusia 11 tahun. mereka memang tidur sekamar. Rumah kecil tipe 36 yang sudah dikembangkan itu, hanya memiliki dua buah kamar yang kecil. Satu untuk ayah dan ibumereka serta adik bungsunya yang berusia 3 tahun dan satu lagi Ardy dan Mimi.
Ardy mendekati Mimi dan mencolek tubuhnya. Lalu bertanya, kenapa mengintip ada apa Mimi sangat terkejut dan hampir saja dia berteriak. Lalu ditempelkannya telunjuknya ke dua bibirnya, sebagai pertanda agar Ardi tidak ribut. Mimi turun dari meja belajar. Ardi bertanya, ada apa Mimi tak menjawab, tapi menyuruh Ardy untuk ikut mengintip. Berdua mereka naik ke atas meja belajar. Mereka mengintip bergantian dari lubang kecil yang ada di sana. Ardy melihat sebuah adegan. Ayah dan ibu mereka bertelanjang bulat. Bugil. Ayah mereka sedang menjilati pagina ibunya. Kemudian berciuman dengan bibir mereka saling menjilati. Tangan ayahnya mengelus-elus tetek ibu. Saling berpeluk dan ayah menaiki tubuh ibunya dan melihat ayahnya menggenjot ibunya. Mereka berpelukan. Kedu bibir ayah dan ibunya berpagutan lagi. Saling mengisap dan menjilati. Ayahnya juga menjilati leher ibu mereka. Genjotan makin keras dan cepat. Saat itu ibu mendesah-desah. Matanya tertutup dan meminta agar ayah lebih kencang menghunjamkan kontolnmya. Kelihatan keduanya saling beepelukan erat. Tak lama genjotan itu berhenti. Ayah mereka turun dari tubuh ibunya dan terlentang di sisi ibunya. Tak lama, keduanya pergi ke kamar mandi dalam keadaan telanjang. Dengan cepat Ardi dan Mimi ke tempat tidur mereka, berpura-pura tidur. Mereka mendengar langkah-langkah kedua ibu dan ayah mereka, pulang dari kamar mandi memasuku kamar tidur. Terdengar pintu terkunci.

Ardy terbangun. Dia mendekati Mimi dan bertanya, sudah berapa kali mengintip. Mimi mengatakan sudah terlalu sering. Kalau mendengar ada suara tempat tidur berdenyit, Mimi bangun dan mengintip. Mulanya iseng saja, ingin tahu kenapa ada desahan.
“Kita begituan juga yok…”kata Ardi.
“Apa bisa.. tanya Mimi.
“Kita coba aja. Kita buka pakaian kita. Kita kinci dulu pintu…”kata Ardi. Mimi setuju. Ardi berjingkat menginci pintu pelan-pelan. Lalu dia membuka baju dan celananya bertelanjang bulat. Mimi juga membuka bajunya dan celana dalamnya. Ardi jelas melihat tetek Mimi yang baru tumbuh. Tak lebih sebesar bola pimpong. Bahkan sedikit lebih kecil. Pentilnya juga sangat kecil. Mimi dibawanya ke tempat tidurnya, setelah lebih dulu menutup lubang dari atas meja belajar, takut, kalau sebaliknya ibu dan ayah mereka yang mengintipnya.
Mereka mulai meniru apa yang dilakukan oleh ayah dan ibu mereka. Bibir mereka mulai menempel. Perlahan Ardi mengecup bibir Mimi. Mimi pernah mendengar, kalau ibunya meminta agar ayahnya menjulurkan lidahnya untuk diemut. Mimi berbisikk kepad Ardy, agar menjulurkan bibirnya untuk diemut. Ardy mengikutinya dan Mimi-pun mengemut lidah Ardy. Mereak bergantian mengemut lidah masing-asming. Mimi mengarahkan mulut Ardy unutk menjilati teteknya, seperti apa yang mereka lihat, kelakukan ayah dan ibunya. Ardy mulai menjilati tetek MImi. Mimi kenikmatan. Ardy juga merasakan nikmat. Kontolnya mulai berdiri. Kini yang sudah lebih dahulu beberapa kali mengintip meminta agar Ardy menjilati paginanya. Ardy mengikuti saja permintaan Mimi. Mimi mengangkangkan kedua pahanya, lalu Ardy mulai menjilati paginanya. Karea pagina yang belum berbulu itu tidak terkuak, Ardy hanya menjilati bagian luarnya saja. Mimi merasa sedikit geli. Ketika jilatan lidah Ardy berada di sela-sela bibir pagina Mimi, mimi merasa kegelian yang bukan kepalang. Mimi mengangkangkan kedua kakinya lebih lebar dan Mimi membantu membukakan bibir paginanya dengan dua jari telunjuk dan jari tengahnya. Ardy menjilati bagian dalam dari pagina Mimi. Mimi merasa enak. Dibisikinya Ardy agar terus menjilati peginanya.
“Kak Ardy, enak. Terus saja…” katanya. Ardy pun menjilati terus, sampai beberapa menit, sampai tengkuk Ardy terasa pegal. Saat Ardy mau berhenti, Mimi menekan kepala Ardy terus di memeknya dan terpaksa Ardy terus menjilati pegina adiknya itu. Sampai saatnya Mimi tak mampu menahan kegelian yang amat sangat.

Ardy menghentikan jilatannya, saat Mimi meminta sudah. Ardy kebingungan melihat adiknya lemas. Dia takut. Lalu dia berbisik ke telinga adiknya.
“Ada apa”
“Enggak apa-apa,” jawanb Mimi. Setelah nafasnya teratur, Kini mimi meminta agar Ardy tidur terlentang. Mimi mulai mengelus-elus kontol kakaknya. Lalu kontol itu dijilatinya, seperti ibunya menjilati kontol ayah mereka. Kontol itu berdiri. Dia masukkan kontol itu ke dalam mulutnya dan diemut-emutnya. Ardy kelihatan mengelinjang-gelinjang keenakan. Tak lama, Ardy mengeluarkan spermanya di mulut Mimi. Ardy pun lemas dan Mimi memuntahkan sperma itu dari mulutnya. Mereka diam sesaat. Sepi. Yang terdengar hanya suara dengkur ayah dan ibu mereka dari balik kamar. Mereka pun tidur satu ranjang dengan telanjang bulat, berpelukan ditutupi selimut.

Ketika terdengar suara azan subuh, Mimiterbangun. Dia membangunkan kakaknya Ardy. Mereka memakai pakaian mereka, lalu Mimi naik ke tempat tidurnya sendiri. Dalam keadaan nyenyak, pagi itu ibu mereka mengetuk pintu membangunkan mereka. Mereka terbangun dan pergi mandi bergantian di kamar mandi yang hanya ada satu. Mereka pergi ke sekolah.
Di sekolah, Ardy terus membayangkan apa yang sudah terjadi pad dirinya dan pada adiknya Mimi. Di sekolah yang lain, Mimi juga terbayang-bayang apa yang mereka lakukan. Kedaunya ingin cepat pulang.
Sepulang sekolah, Ardy dan Mimi senyum-senyum penuh arti. Seusai makan, ibunya datang ke meja makan dengan pakaian Darma Wanita. Ibunya berpesan, agar keduanya menjaga rumah dan belajar, karean dia akan mengikuti rapat di kantor ayahnya. Nanti sore baru pulang bersama ayahnya. Kedaunya mengangguk. Begitu ibu mereka pergi meninggalkan rumah, Mimi menatap kakanya Ardy.
“Kita ke kamar yuuuukkk….”kata Mimi. Ardy mengangguk. Dia cepat-cepat mengincu pintu. Di kamar, Mimi sudah mulai membuka pakaiannya. Teramsuk mini shirt yang membungkus buah dadanya. Demikian juga ardy membuka pakaiannya. Mereka enutup pintu dan saling berpelukan. Bibir mereka menyatu, saling pagut da saling isap. Ardy mengelus-elus tetek Mimi.
“Pelan-pelan kak…sakit…” kata Mimi. Ardy melepaskan elusannya dan mengantinya dengan jilatan pada tetek Mimi. Mereka tidur di ranjang Ardy. Di kangkangkannya kedua paha Mimi.
“Aku masukkan ya. Seperti ayah,” kata Ardy. Mimi mengangguk. Ardy mencucukkan kontolnya ke pagina Mimi. Mimi memegangi kontol Ardy yang sudah tegang itu. Ardy mulaui menekankan kontolnya ke dalam pagina Mimi.
“Aduh…pelan Kak…sakit…” kata Mimi. Ardy berhenti.
“Enggak jadi…” tanya Ardy.
“Tungu dulu sakit…” kata Mimi.
Ibu kok enggak sakit…” tanya Ardy. Mimi menggeleng.
“Ayo coba lagi,” kata Mimi. Ardy pun mencucuk lagi kontolnya ke pagina Mimi. Sekali hentakan, kepala kontol Ardy sudah memasuki liang pagina Mimi. Mimi setengah menjerit.
“Aduuuuhhhh…Sakit !” katanya. Ardy mendiamkan kontolnya yang kepalanya sudah masuk itu. Mimi meneteskan air matanya.
“Mungkin sebentar lagi tak sakit. Kalau sudah tidak sakit bilang ya…” lata Ardy kepada Mimi adiknya itu. Mimi hanya diam saja. Ada rasa perih. Melihat Mimi sudah diam, Ardy mencucukkan lagi kontolnya. Kini sudah separoh kontolnya bersarang di pagina Mimi. Kembali Mimi mengaduh. Perlahan, Ardy mencabut kontolnya sedikit…lalu mencucuknya dan mencabutnya dan mencucuknya. Makin lama makin dalam dan makin dalam, sampai akhirnya masuk semua. Kini Mimi sudah tidak menjerit dan mengaduh lagi, justru sebaliknya sudah memeluk Ardy.
“Masih sakit…” tanya Ardy.
“Sedikit. Teruskan saja, ” kata Mimi. Ardy meneruskan memaju mundurkan kontolnya ke dalam pagina Mimi.
Keduanya berpelukan. Ardy semakin cepat memaju mundurkan kontolnya. Mimi memeluknya erat sekali. Lalu, Ardy memuntahkan spermanya di dalam pagina Mimi.
Ketkka bangkit, sprei tempat tidur ada noda darh, agar banyak. Mereka secepatnya mencuci darah itu agar tak ketahuan kepada ibu mereka. Keduanya bingung, sementara, Mimi merasakan perih pada paginanya. Akhirnya tertidur sampai sore. Sampai ibu dan ayah mereka datang.
Melihat Mimi pucat dan melihat ada darah pada roknya, Ibunya tersenyum. Dia berbisik kepada suaminya.
“Dasar masih kecil…tak sadar kalau dia sudah haid,” kata si ibu kepada suaminya. Suaminya juga tersenyum. Dengan cepat si ibu ke kedai membeli pembalut. Di pangilnya Mimi disuruh memakai pembalut. Ibunya mengira Mimi haid. Ibunya menghitung, ini adalah haid anaknya untuk yang ketiga kalinya. Jika masih muda, haid masih belum beraturan, pikirnya. pertama dalam usia 11 tahun. Mimi mengikuti saja. Ibunya lagi berpikir, kalau Mimi sedang senggugut, sakit dan perih ketika haid. Ibunya memeberikan obat penghilang rasa sakit. Benar saja, beberapa menit kemudian, rasa sakit itu hilang.
Setelah semingu kejadian itu, malamnya Mimi benar-benar haid. Seminggu kemudian, baru bersih. Mereka mengulangi seks nikmat mereka. Entah darimana mereka tahu, mungkin dari berbagai majalah kesehatan yang dilanggani oleh ibunya, kini Ardy setiap kali bersetubuh dengan Mimi, selalu memakai kondom.
Hal itu terus mereka lakukan sampai Ardy kuliah. Ibu dan ayah mereka sangat bangga, akan keakraban kedua anak-anaknya. Ayah dan ibunya senang. Mereka mengira kedau anaknya tidak mau pacaran,. sebelum sekolah atau kuliah mereka selesau. Anak yang penuh cita-cita, pikir kedua orangtua mereka.
Mimi selesai, SMA dapat jodoh. Mimi menikah dengan seorang pegawai negeri. Walau Mimi sudah menikah, mereka selalu mencuri-curi untuk melakukan seks kenikmatan dunia itu.

Suatu hari, Mimi meminta agar kakaknya Hardy menemuinya di sebuah cafe. Ada penting sekali yang mau dibicarakan, katanya. Ardy datang on time ke cafe yang ditentukan.
“Ada apa…” tanya Ardy setelah minuman terhidang di atas meja.
“Aku hamil…kak,” katanya.
“Baguslah…sebentar lagi aku punya keponakan,” kata Ardy gembira.
“Bukan keponakan, kak. Tapi yang kukandung ini, anak kak Hardy sendiri. Semasa suamiku pergi ke luar kota, kita melakukannya. Dan aku hamil. AKu tahu betul, ini anak kak Hardy,” kata Mimi.
Ardy terdiam. Lalu dia tersenyum.
“Ya…sudah…anak itu adalah anak kita. Tapi cukup kita berdua yang tahu. Rahasiakan sekuat-kuatnya,” kaya Ardy. Mimi tersenyum. Disandarkannya kepalanya di bahu ARdy. Ardy mengelus-elus rambut Mimi dengan penuh kasih sayang.
Ketika Ardy melaporkan kehamilan adiknya Mimi kepad kedua orang tuanya, kedua orangtuanya terkejut. Justru Mimi lebih dulu melaporkannya kepada kaqkaknya, bukan kepada mereka orangtuanya.
Lagi-lagi kedua orangtua mereka bahagia, atas kedekatan kedua anak mereka itu.
“Sebentar lagi, kami punya cucu dan kamu punya keponakan,” kata ibunya. Ardy tersenyum saja penuh arti. Belum habis rasa bahagia mereka, tiba-tiba suami Mimi menelpon. Dada Ardy terguncang. TIba-tiba ibu Ardy berkata”
Selamat ya…sebentar lagi kamu punya anak. Jangan lupa jaga kesehatan Mimi dan kandungannya,” jawab ibunya melalui telepon. Ibunya tidak mengatakan, kalau mereka sudah tahu Mimi hamil.
Mereka bersalaman penuh bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar